Minggu, 21 November 2010

Segelas susu 2

Ibu itu menjawab “kamu tidak perlu membayar apa pun, oramgtua kami dulu mengajarkan untuk tidak menerima bayaran jika melakukan suatu kebaikan,”kata ibu itu menambhakan. Sambil menghabiskan susunya, anak laki-laki tersebut berkata dalam hatinya: “ Dari hati yang terdalam, aku sangat simpati pada ibu yang berbaik hati ini, dia tidak sombong sekalipun istri pejabat!”

Beberapa puluh tahun kemudian, ibu muda yang kini sudah agak lanjut usianya mengalami sakit yang sangat kritis. Balai pengobatan sudah tidak mampu lagi mengobati penyakit komplikasinya, apalagi saat ini ia berstatus janda seorang pensiunan kereta api. Atas saran keluarganya, wanita itu dipindahkan ke rumah sakit umum pemerintah yang ada di kota tersebut untuk diobservasi. Namun, tetap saja tidak bisa diobati. Akhirnya, dengan menjual barang- barang yang tersisa dan atas bantuan rekan-rekan sesame janda pensiunan, si wanita muda ini dikirim ke ibukota karena disana ada dokter yang mampu mengobati penyakit komplikasinya.



Dr. Sobur Nurjaman Ali dipanggil untuk melakukan pemeriksaan. Pada saat ia mendengar nama kota asal si ibu tersebut, terbesit seberkas pancaran aneh pada mata Dr. Sobur. Segera ia bangkit mengenakan jubah dokternya dan bergegas turun melalui aula rumah sakit menuju kamar si wanita tersebut. Ia langsung mengenali wanita tersebut dgn sekali pandang.

Dr. Sobur kemudian kembali ke ruang konsultasi dan memutuskan untuk melakukan serangkaian medical check up total serta terapi-terapi medis lainnya. “pokoknya ibu itu harus sembuh” demikian obsesinya. Mulai hari itu, ibu lemah tersebut menjadi perhatina Dr. Sobur dengan kasih yang tulus. Memasuki bulan ketika ibu tesebut sudah benar- benar sembuh.

Dr. Sobur lalu meminta bagian keuangan rumah sakit untuk mengirimkan seluruh tagihan biaya pengobatan kepadanya guna persetujuan. Dr Sobur melihatnya, dan menuliskan sesuatu di pojok atas lembar tagihan tersebut.

Lembar tagihan tersebut akhirnya sampai ke tangan wanita tua tersebut. Dengan rasa was-was ia memberanikan diri untuk membaca tagihan yang disodorkan bagian keuangan tersebut. Di sana tertera rincian biaya yang dikeluarkan selama ia menjalani pengobatan. Akan tetapi, ada sesuatu yang menarik perhatiannya pada pojok atas lembar tagihan tersebut. Ia membaca tulisan berbunyi: “telah dibayar lunas dengan segelas besar susu!” tertanda Dr. Sobur Nurjaman Ali.

(dikutip dari Setengah Isi Setengah Kosong karya Parlindungan Marpaung)

Itu hanyalah sepenggal kisah mengenai sebuah kebaikan yang berbuah sangat indah. Memberi memang lebih indah dari menerima. Memberi merupakan wujud kerendahan hati kita di hadapan Sang Percipta.

Kini, apa yang kita miliki saat ini sudah saatnya kita bagikan pada orang lain. Bukankah semua yang kita miliki adalah titipan Sang Khalik dan pastilah ada bagian bagi orang- orang yang memerlukannya. Mari kita member, karena perbedaan antara hemat dan tipi situ hanya dibatasi oleh selaput tipis. Selamat memberi!

0 komentar:

Posting Komentar